Orang Pauah bakudo limo (Orang Pauh berkuda lima)
Kudo saikua pamutuih tali (Salah satu kudo pemutus tali)
Urang jauah maanta bungo (Orang jauh mengantar bunga)
Bungo layu baa ka ganti (Bunga layu bagaimana (cara) menggantinya)
Lagu-lagu Minang yang sudah sangat lama tak terdengar kembali muncul dari nyanyian seorang pengamen tua. Anda bisa menemukannya di warung sop di kawasan Muara, Padang.
Bait-bait lagu sedih inilah yang mengiringi para tamu yang menikmati sop daging segar yang disajikan panas-panas. Bagi mereka yang sudah lama akrab dengan suasana warung ini sejak seperempat abad lalu tentu saja bait lagu ballada itu mampu membangkitkan kenangan lama akan kota Padang.
Suasana syahdu memang tak banyak berubah dari pantai Muaro, Padang di pagi hari. Pantai ini cukup sepi di pagi hari terutama di hari kerja, memang menikmati panorama lebih baik ketika sepi. Apalagi tiupan angin suasana lebih sejuk dan terkesan lebih romantis.
Bagi saya pribadi, kegiatan mengamen dengan harapan menerima saweran merupakan kegiatan positif. Dan, sang pengamen tua ini sungguh menghibur dengan syair lagu-lagu yang unik. Tidak hanya lagu Minang lho.
Jika Anda datang ke Padang dan menginap di Hotel Hayam Wuruk, Plan B, Wisma Imaanuel, Hotel Mariani, Ina Muara maupun Bumi Minang, tidak lah jauh untuk datang ke kedai sop Muara yang terkenal. Posisinya punya ciri khas, di bawah pohon besar berusia ratusan tahun.Cukup dengan berjalan kaki.
Bagi saya pribadi, kegiatan mengamen dengan harapan menerima saweran merupakan kegiatan positif. Dan, sang pengamen tua ini sungguh menghibur dengan syair lagu-lagu yang unik. Tidak hanya lagu Minang lho.
Jika Anda datang ke Padang dan menginap di Hotel Hayam Wuruk, Plan B, Wisma Imaanuel, Hotel Mariani, Ina Muara maupun Bumi Minang, tidak lah jauh untuk datang ke kedai sop Muara yang terkenal. Posisinya punya ciri khas, di bawah pohon besar berusia ratusan tahun.Cukup dengan berjalan kaki.
Kembali ke bait lagu di atas. Lagu yang sampai saat ini saya tidak tahu siapa penciptanya, kalau boleh ditebak barangkali muncul di tahun 50 an. Dua baris pertama merupakan sampiran, dua bait di bawah merupakan isi. Namun dua bait di bawah pun masih menyimpan makna.
Mungkin pembaca dapat membantu saya, apa sih makna sepotong lagu di atas? Coba deh komentarnya diketik di bawah.....